Dengan adanya larangan bagi perempuan yang sedang haid untuk menjalani puasa, maka tiap perempuan yang kedapatan haid di tengah menjalankan puasa maka wanita tersebut diperintahkan untuk membatalkan puasanya. Hal ini disebabkan karena haid juga termasuk salah satu perkara yang membatalkan puasa.
Meski sedang haid dan tidak bisa berpuasa, muslimah dapat mengerjakan beberapa amalan dan ibadah lainnya.
Seorang muslimah tidak harus dalam keadaan suci untuk bisa berdzikir. Oleh karena itu, salah satu ibadah yang sangat dianjurkan untuk perempuan yang sedang haid adalah memperbanyak dzikir. Perintah ini termaktub di dalam surat Al-Baqarah ayat 152 yang artinya:
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu.”
Dzikir bisa dilakukan secara lisan maupun di dalam hati. Sebaliknya, dzikir yang kita lafalkan sesuai dengan anjuran Rasulullah berikut ini.
“Ada dua kalimat yang ringan di lisan, berat di timbangan dan disukai Arrahman, Subhanallah wabihamdihi dan Subhaanallahul ‘azhiim.” (HR Bukhari)
Memberikan makan orang yang berpuasa di sini artinya menjamu ketika berbuka. Meski sedang haid, seorang muslimah dapat mendapatkan balasan sebagaimana yang didapatkan oleh orang yang berpuasa dengan menjamu buka puasanya.
Hal ini sesuai dengan hadist riwayat At-Tirmidzi di bawah ini.
“Barangsiapa yang memberi makan orang yang berbuka, dia mendapatkan seperti pahala orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun”
Selanjutnya, ibadah yang bisa dikerjakan oleh perempuan haid di bulan Ramadhan adalah berdoa. Muslimah bisa mengamalkan doa yang diriwayatkan (matsur) maupun doa yang dibuat sendiri (mashnu). Keutamaan berdoa banyak disebutkan di dalam hadits Rasulullah SAW, salah satunya adalah riwayat Abu Dawud berikut ini:
Dari An-Nu’man bin Basyir, dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda “Doa adalah ibadah“
Rasulullah SAW menyarankan perempuan untuk meningkatkan istighfar dan sedekah, mengingat beliau mendapat petunjuk bahwa perempuan merupakan kelompok yang dominan di dalam neraka. Anjuran ini menjadi penting untuk diperhatikan oleh para wanita untuk menyelamatkan dirinya di akhirat.
Dalam konteks bulan Ramadhan yang dianggap sebagai bulan yang paling mulia, penting bagi perempuan untuk memperhatikan lebih intensif amalan istighfar dan sedekah, sesuai hadits berikut:
“Wahai kaum wanita! Bersedekahlah kamu dan perbanyaklah istighfar. Karena aku melihat kaum wanitalah yang paling banyak menjadi penghuni neraka.” (HR. Muslim)
Mendorong orang lain melakukan kebaikan atau amal shalih akan membuat seorang muslimah memperoleh pahala sebagaimana orang yang beramal shalih tersebut. Contohnya seperti mendorong sesama untuk sholat, tilawah Al-Quran, dan membangunkan untuk sahur.
Hal ini dijelaskan pada sebuah hadits riwayat Muslim di bawah ini.
Dari Abu Mas’ud Al Anshari, dia berkata:
“Seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW seraya berkata:
‘Wahai Rasulullah, jalan kami telah terputus karena hewan tungganganku telah mati, oleh karena itu bawalah saya dengan hewan tunggangan yang lain.’
Maka beliau bersabda:
‘Saya tidak memiliki (hewan tunggangan yang lain).’
Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang berkata:
‘Wahai Rasulullah, saya dapat menunjukkan seseorang yang dapat membawanya (memperoleh penggantinya).’
Maka beliau bersabda:
‘Barangsiapa dapat menunjukkan suatu kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang melakukannya.‘”
Amalan yang bisa dilakukan oleh perempuan haid di bulan Ramadhan adalah meringankan pekerjaan orang yang berpuasa. Pasalnya, membantu meringankan pekerjaan orang yang berpuasa akan membuat orang tersebut senang. Ini adalah bentuk kebaikan dan sedekah sesuai hadits riwayat At-Tirmidzi berikut ini.
“Setiap kebaikan adalah sedekah. Dan di antara bentuk kebaikan adalah kamu menjumpai saudaramu dengan wajah yang menyenangkan. Dan kamu menuangkan air dari embermu ke dalam bejana milik saudaramu.“
Selain itu, ada riwayat lain yang menjelaskan tentang keutamaan untuk membantu orang berpuasa, yaitu:
Dari Anas RA, “Dulu kami pernah bepergian bersama Nabi SAW, dan di antara kami ada yang melaksanakan puasa dan ada pula yang tidak berpuasa. Kemudian di hari yang sangat terik itu kami berhenti di suatu tempat dan orang yang bisa berteduh hanyalah orang yang mempunyai pakaian, bahkan di antara kami ada orang berlindung dari sinar matahari hanya dengan tangannya saja. Maka orang-orang yang berpuasa pun berjatuhan. Maka orang yang tidak berpuasa bangkit, kemudian mendirikan tenda dan memberi minum hewan tunggangan mereka. Maka Rasulullah SAW pun bersabda: ‘Hari ini mereka yang berbuka telah menuai pahala.’” (HR. Muslim)
Perempuan yang sedang mengalami haid tetap dapat mencari ilmu, termasuk ilmu yang bermanfaat, selama bulan Ramadhan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menghadiri majelis ilmu atau belajar melalui literatur.
Terdapat banyak nash yang menekankan keutamaan mencari ilmu, dan bulan Ramadhan seringkali menjadi momen penuh berkah dengan terselenggaranya berbagai majelis ilmu. Pemilihan topik ilmu yang paling relevan dan bermanfaat untuk agama disarankan, dengan memulai pembelajaran dari ilmu-ilmu Islam yang wajib diketahui oleh setiap individu.
Sebagai contoh, memahami ilmu fardhu ‘ain dapat menjadi langkah awal yang sangat baik, sejalan dengan petunjuk Allah dalam Al-Quran berikut ini:
“Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.” (QS Az-Zumar: 18)
Demikian penjelasan lengkap mengenai amalah perempuan saat haid di bulan Ramadhan sesuai anjuran Rasulullah. Semoga Bermanfaat!
Artikel dibuat oleh:
Silvye Ayu Saleha
Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam – UMJ.
Penerima Beasiswa Program 1000 Da’i