Tradisi Keilmuan dalam Islam

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

 

Ayat tersebut di atas menunjukan tentang keutamaan ilmu. Bahwa dengan ilmu seseorang akan ditinggalakan harkat dan martabatnya. Dengan ilmu suatu bangsa akan maju dan sejahtera. Namun yang seringkali lupa dipahami oleh kita, bahwa ayat ini tidak hanya berbicara tentang iman dan adab. Ilmu itu menjadi prasarat bagi kemajuan seseorang atau bangsa manakala ilmu itu terintegrasi dengan iman dan adab. Ilmu tanpa iman akan kering kehilangan ruhnya. Ilmu tanpa adab akan berjlan liar tanpa etika.

 

Azbab nuzul (sebab turun) ayat di atas adalah kejadian pada pengajian yang diadakan rutin oleh Rasulullah SAW di masjid nabawi, tepatnya di balai Suffah (posisi sekarang berada di belakang makam Rasulullah ). Ketika para sahabat berkumpul memenuhi halaqah Rasulullah itu, tiba-tiba berada sahabat Badar (sahabat yang ikut dalam perang badar Kubra) memberikan salam kepada Rasulullah dan sahabat yang lain. Sahabat Badar tetap berdiri karena Balai Sufah padat. Karena sahabat Badar tersebut tetap berdiri, maka Rasulullah memerintahkan beberapa orang sahabat untuk bergeser, berdiri, berlapang-lapang memberikan tempat duduk bagi sahabat yang datang terlambat.

 

Ayat di atas menyangkut tiga hal penting yaitu, adab, iman dan ilmu. Perintah memberikan kelapangan dan berdiri tersebut adalah termasuk dalam adab. Sikap adab memberikan kelapangan tersebut dihubungkan dengan iman dan ilmu sehingga dapat disimpulkan dari ayat tersebut bahwa tingginya derajat suatu kaum karena adab, iman dan ilmu pengetahuan.

Semakin Berilmu Semakin Bertakwa.

 

Semakin berilmu seseorang akan semankin dekat kepada Allah, imannya semakin dekat kepada Allah, imannya semakin koko, perilaku dan akhlaknya semakin terpuji. Ilmunya akan dimanfaatkan untuk membangun peradaban mulia yang dapat dinikmati oleh orang banyak orang. Orang seperti itu disebutkan dalam Al-Quran termasuk golongan al ulama (ulama cendikiawan

 

Sayid Qutub menyebut alam raya ini sebagai al kitab akawni (buku alam). Buku itu dibuat dengan halaman-halaman indah, berwarba-warni dengan isi yang menakjubkan sehingga menarik siapa saja yang membacanya. Buku besar yang berjilid-jilid itu dibuka dengan satu buku petunjuk yang disebut Al-Quran. Maka sesungguhnya para ulama (ilmuwan) yang mampu membaca, merenung dan memikirkan kitab itu adalah orang-orang yang takut kepada Allah, mereka itu mengetahui Allah dengan ma’rifah haqiqiyah (pengetahuan yang benar),  mengetahui pengaruh penciptaan dan kekuasaan Nya. Mereka merasakan hakekat keagungan Nya melalui hakekat penciptaan. Maka mereka benar-benar takut, bertakwa dan beribadah kepada Nya. Ilmu yang mereka dapat adalah ilmu yang menghubungkan antara pikiran (akal), perasaan (hati) dan tindakan (harakah). (Sayid Qutub fil Zilal Al Quran Juz 6 hal 149-150).

 

Para ahli ilmu menduduki derajat yang tinggi karena kemampuannya dalam memadukan antara iman, ilmu dan adab. Yang membedakan tinggi rendah martabat seseorang adalah terletak pada iman dan ilmunya. Kata Buya Hamka, seorang yang beriman akan memancarkan sinar terang, wajah bersinar, dan perilaku terpuji, memiliki moral dan akhlak mulia. Apalagi bila mana iman itu dilengkapi dengan ilmu, seseorang bisa menjadi agung terhormat, walau tanpa jabatan disandangnya. Iman dan ilmu saling melengkapi, iman tanpa ilmu bisa menjadikan seseorang terperosok pada kesesatan, mengerjakan sesuatu yang disangka menyembah Allah padahal mendurhakai Nya, begitu sebaliknya, ilmu tanpa iman akan membahayakan dirinya dan orang lain, tanpa iman, ilmu dapat merusak, menghancurkan dan memusnahkan. (Hamka, Tafsir Al Azhat, 1985: 31).

 

Dalam rangka mencapai keagungan dan derajat yang tinggi itu ummat Islam dari generasi ke generasi terus belajar mengembangkan ilmu pengetahuan. Pengetahuan Islam yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan menjadikan kaum muslimin berlomba-lomba membangun peradaban Islam. Karenanya dalam sejarah dunia ummat Islam pernah menggapai peradaban tertinggi di atas peradaban-peradaban lain.

 

Dr. KH. Shobahussurur Syamsi, MA
Ketua Pengurus Takmir Masjid Agung Al Azhar

On 17-06-2020 0 1416

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Scroll to Top
Open chat
1
Anda butuh bantuan?
Assalamu'alaikum wr wb, Kami Yayasan BAMUIS BNI mempunyai beberapa program penyaluran yang tersedia, antara lain:
- Program Pendidikan
- Program Kesehatan
- Program Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa (BMUK)
- Program Santunan Kemanusiaan
- Program 1000 TPA
- dsb

Mohon untuk dapat diinformasikan kepada kami, apa yang bisa kami bantu?